Dewi Yang Ku Cintai




Cerita cerita dewasa - Hai, aq mau cerita tentang kehidupan sex yang aq alami. Semua yang ada dicerita ini adalah nama sebenarnya dan tidak ada rekayasa. Namaku Welly, umurku sekarang 34 thn. Sebelum aq bercerita jauh, ada baiknya kalian mengenal siapa aq.

Aq adalah lelaki Chinese dngan tubuh tinggi besar yg sudah berkeluarga dengan seorang anak cewek yg berumur 6 thn. Istri aq berumur 32 th. Kehidupan sex aq dengan istriku tdk ada masalah hingga saat ini namun yg ingin aq ceritakan adalah cerita pengalaman sex pertama aq yg aq alami dngn mantanku yg hingga saat ini masih belum menikah dan aq juga masih menyukai mantanku tersebut.

Sebelum aq mulai cerita pengalaman sex pertama aq, aq ingin cerita juga pengalaman cinta aq yg selalu berujung pd kegagalan. Pada saat umur aq 17 thn aq menyukai teman sekelasku yg bernama Yulia Samantha yg biasa dipanggil Yulia, namun aq tidak berani mengungkapkannya. Nah pada bulan juli 1997 Yulia ulang tahun dan aq mengirimkan hadiah boneka yg besar dan memberikannya dan mengucapkan selamat ulang tahun dan bilang ke dia kalo aq menyukainya namun Yulia menolakku.

Nah sejak Yulia menolakku aq jadi takut untuk mengungkapkan cinta, sampai pada saat kuliah ada 1 cewe yg kusuka dan sepertinya cewe itu juga suka dengan aq,hal ini aq lihat karena dia tdk pernah menolak ajakan aq untuk jalan – jalan, cewe itu bernama Debby,namun aq tdk berani mengungkapkan karena aq masih trauma ditolak, namun pd saat lulus acara wisuda aq memberanikan diri mengungkapkan perasaan aq ke Debby,namun yg terjadi Debby menolakku karena katanya terlambat coba jika setahun sebelumnya aq ngmng ke dia pasti dia trima karena Debby sudah ada pacar yg aq sendiri tdk tahu.

Sejak Lulus kuliah thn 2002, aq tdk pernah dekat dengan cewe manapun dan sampai akhirnya pd thn 2004 aq krm sms ke no hp yg salah dan trnyata ada tanggapan dari sms yg kukirim, trnyata pemilik no hp itu adalah seorang gadis yg cantik, aq janjian ketemuan dengan gadis itu di Gereja di Duta Merlin Harmoni, nama gadis itu adalah Sianti Dewi yg biasa dipanggil Dewi, Dewi juga orang Chinese dari Sintang, Kalimantan Barat. Umur aq pd saat kenal dngn Dewi adalah 25 th, dan Dewi juga 25 th. Dewi orangnya kecil imut dngn tb/bb:152/45, jauh berbeda dngn aq tb/bb 195/95. pd saat kenal trsebut aq mengantarnya pulang dngn motorku yg trnyata Dewi lngsng memelukku dngn erat dan Dadanya menempel kea q yg menyebabkan sesak di celana panjangku, namun aq mengurungkan dan berusaha menyingkirkan perasaan itu.

Sejak pertemuan di bulan juli 2004 itu aq terus melakukan hubungan telp dan sms dengan Dewi dan aq diajak Dewi ke Gerejanya di GBI Intecon di Kebon Jeruk Meruya, sampai pada saat ulang tahun papaku tgl 11 Agustus aq mengajak Dewi pergi makan dengan keluargaku dan Dewi mau aq ajak, namun pada saat itu status kami baru teman. Lalu pd saat Tgl 17 Agustus 2004, keluargaku berlibur ke puncak dan aq juga mengajak Dewi yg kebetulan Dewi sedang tidak ada acara, dan dipuncak kami hanya ngobrol cerita tentang masing – masing pribadi dan keluarga.

Pd akhir Agustus 2004 aq memberanikan diri mengungkapkan perasaan aq ke Dewi dirumahku namun Dewi tidak langsung menjawab namun dia bilang butuh waktu utk menjawabnya. Pd Tgl 9 September 2004, Dewi akhirnya menjawab bahwa dia menerima perasaan aq dan Dewi langsung melumat bibirku dan aq masih bingung dan belum bisa membalasnya karena aq masih kaget akan jawaban dia.

Setelah itu aq ajak Dewi keliling Ancol untuk merayakan hari jadi kita, aq bilang ke Dewi bahwa itu adalah ciuman pertama aq, dan Dewi tidak percaya. Akhirnya setiap kami bertemu kami selalu berciuman baik itu dirumah aq maupun dirumah dia, oya Dewi tinggal dengan tantenya di Palmerah sedangkan aq tinggal di Jelambar. Aq merasa tdk canggung lagi dlm melakukan yg panas karena sebenarnya dari SMA aq uda sering menonton film bokep.

Pd tgl 16 September 2004, aq mencium Dewi dikamarku sembari tanganku meremas remas dadanya dan pantatnya, namun Dewi tidak mencegahnya sehingga aq menanyakan ke Dewi apa boleh aq lihat dadamu, dan Dewi membolehkannya, lalu aq buka kaosnya yg kemudian branya, yang aq lihat ukuran 32, kemudian aq lihat dadanya dngn putting berwarna coklat muda, dengan tubuh Dewi Putih bersih dan mulus, lalu aq minta ijin ke Dewi untuk meremasnya, dan akhirnya aq remas dadanya yang kemudian aq isap serta aq jilati dadanya bergantian kiri dan kanan. Sembari aq elus – elus memek Dewi yang masih terbungkus celana panjang dan celana dalamnya.

Kemudian aq buka pelan – pelan celana panjang dan celana dalam Dewi dan Dewi membolehkannya, lalu pada saat itu aq hanya mengelus – elus memeknya saja.Karena kata Dewi jgn lebih yak arena dia masih perawan. Dan aq juga buka baju serta celana aq dan Dewi juga kaget karena ukurannya penisku yg cukup besar, lalu aq suruh Dewi memegang penisku dan Dewi akhirnya memegang dan mengelus penisku yang sudah tegang. Dan pada saat itu hanya itu yg kami lakukan.

Pd tgl 20 September 2004, aq pertama kali diundang Dewi masuk kamarnya dan disana juga kami berciuman sembari membuka pakaian lawan kami masing – masing, dan kami saling menciumi, dan aq sangat menikmati dada yg dimiliki Dewi karena sangat kencang dan indah, jika putingnya disedot – sedot maka akan berwarna kemerahan, kemudian Dewi akhirnya menyuruh aq untuk memasukkan penisku ke memeknya, dan aq coba memasukkannya namun meleset terus, sampai pd percobaan ketiga masuk namun masih hanya kepala yg masuk, perlahan – lahan masuk namun Dewi kesakitan dan Dewi minta dilepas namun sudah ada darah yg menetes hingga sampai diranjangnya, aq sempat bingung namun kata Dewi tidak apa – apa wel, dia memang sudah siap memberikannya kea q, setelah itu kami mulai lagi pertempuran sex kami, setelah semua penisku terpendam didlm memek Dewi aq diamkan sebentar karena Dewi masih kesakitan, setelah Dewi merasa sudah tidak sakit maka aq menggoyangkan badanku untuk penisku keluar masuk kedlm memeknya, ah perasaan sangat nikmat dan pd saat itu adalah sex pertama kami berdua, dan akhirnya mencapai 2 kali orgasme dan dia berteriak namun sembari ditutupi bantal, dan aq juga akhirnya sampai pd puncaknya dan mengeluarkan spermaku didlm memeknya.

Hal itu terus berlanjut, kami terus melakukan sex jika kami bertemu, semakin lama kami melakukan sex sampai pernah Dewi terlambat bulan 1 minggu namun setelah diperiksa ke dokter dia tidak hamil. 2 hari setelah pemeriksaan itu Dewi akhirnya datang bulan sehingga membuat aq dan Dewi tenang karena Dewi tidak ingin menikah dulu karena dia sedang kuliah di STT (Sekolah Tinggi Teologia) di Petamburan. Aq heran anak yg kuat agamanya masih bisa dpt sex bebas.

Sampai pd bulan Nov 2004 yaitu tgl 21 Nov 2004 pas hari Ultahku yg ke 25, Dewi menginap dirumahku dan tidur 1 ranjang denganku, ya taulah pasti hubungan sex kami lakukan sepanjang malam tanpa tidur, aq membelikan Dewi pakaian tidur yg transparan, aq melihat dan merasa buah dada Dewi bertambah besar dan ternyata benar sekarang Dewi menggunakan Bra dengan ukuran 34. Malam itu kami melakukan pemanasan, aq menjilati dan meremas – remas serta menghisap buah dada Dewi sembari menciumi telinga Dewi karena disitulah merupakan titik yg membuat Dewi terangsang, sampai akhirnya aq melakukan gaya 69, aq menciumi serta menjilati memek Dewi dan Dewi menjilati serta mengulum penisku, namun sebelum spermaku keluar, aq mencabut penisku dari mulut Dewi dan aq langsung memasukkannya ke memek Dewi yang sudah sangat banjir oleh cairannya. Aq menggenjotnya keluar masuk penisku didlm memek Dewi dimana yg aq rasakan penisku seperti disedot – sedot, dan Dewi blng kalo dia setiap saat minum jamu rapet wangi. Semalam itu aq dan Dewi bercinta sebanyak 3 kali.

Pd bulan Desember 2004, Dewi pulang kekampungnya di Sintang, Kalimantan Barat untuk tugas kuliah bersama teman – temannya dan aq yg membelikan tiket pesawat terbangnya yg uangnya didapat dari mereka. Sebelum Dewi berangkat, kami kembali melakukan sex dikamarku dan dikamarnya, aq melepas kepergian Dewi, namun yg aku tdk suka adalah Dewi tdk mau hbngn dia dngn aq diketahui keluarganya dan pd malam thn baru aq sngt kesepian krn sndirian dan aq mncoba mnghbngi Dewi namun tdk prnah diangkatnya. Itulah awal keretakan hbngan aq dngn Dewi.

Setelah Dewi kembali ke Jakarta pd bulan Januari 2005, aq sudah kerja di Bank Danamon, aq jemput Dewi dibandara dan aq ajak kerumah ku dan disana aq lihat Dewi cape dan langsung tertidur, trs aq lihat Dewi sdkt hitam karena kena panas matahari pd saat di Sintang, Dewi minta maaf karena dia tdk bs menjawab telp aq, stlh Dewi bangun dari tidur kami melakukan ciuman dan kembali melakukan sex dan Dewi blng bhwa dia sangat ingin sex karena sudah hmpir 1 bulan tdk melakukannya. Akhrnya kami melakukan sex dan Dewi blng keluarkan saja spermanya didalam karena dia sudah minum obat shngga tdk akan hamil.

Seminggu kemudian Ibu Dewi dtng ke Jakarta namun aq tdk blh ketemu saat itu, stlh itu pd hari minggunya saya disuruh Dewi dtng ke Gereja tmpt kita ketemu pertama kali utk bertemu dngn ibunya, dan aq dikenalkannya sbagai pacar Dewi.

Keesokkan harinya Dewi dan aq pergi menonton dibioskop dan dibioskop aq mencari tempat duduk di pojok belakang agar kami bisa melakukan sex dan awalnya kami saling raba hingga saling hisap, aq menghisap teteknya dan Dewi menghisap penisku, kemudian Dewi duduk dipangkuanku dengan mengangkat sedikit roknya dan memasukkan penisku ke memeknya dan ditutupi oleh roknya, kemudian Dewi menggoyangkan pantatnya naik turun sehingga penisku bisa keluar masuk didlm memeknya hingga mencapai klimaks yg ditandai dengan spermaku masuk kedlm memeknya.

Setelah pulang dari bioskop kami langsung ke Ancol dan disana kami mendapati taman yg kosong dan disana kami langsung duduk dan saling meraba serta melakukan kembali sex kilat. Dlm perjalanan pulang, Dewi blng bahwa hbngn kami tdk bs dilanjutkan karena ibunya tdk setuju, namun aq merasa tdk adil karena yg menjalani hbngn itu kami berdua, namun Dewi tetap ikut pd kemauan ibunya, dan ternyata ibunya tdk setuju krn pekerjaanku yg hanya seorang teller di Bank Danamon dngn gaji hanya Rp 800.000/bln.

Sejak putus itu aq jadi kehilangan arah sampai pd suatu saat aq menemukan kembali cewe yg dpt menerima aq apa adanya dan keluarga cewe itu juga menerima aq dan keluargaku, cewe itu yg saat ini menjadi istriku, dan aq ada 1 orang anak yg pintar dan cantik.

Namun diluar itu aq masih ada perasaan cinta dan saying pd Dewi karena Dewi merupakan Cewe pertama yg menerima cintaku, Dewi juga cewe pertama yg menghilangkan traumaku, Dewi yg juga mencuri ciuman pertamaku dan mengambil keperjakaanku.

Aq tau Dewi saat ini tinggal didaerah Tangerang, dirumah saudaranya di Kreo, namun aq ragu untk menemuinya karena tkut ditolak oleh Dewi karena aq bukan siapa – siapanya.Pdhl aq pd saat pacaran dngn Dewi selalu mencurahkan seluruh prhatian dan waktuku ke Dewi.

Oh Dewi, kiranya kamu dpt membaca cerita ini karena aq sbnrnya masih ada perasaan ke kamu. Apakah bisa kita bertemu kembali karena smua kontakku ke kamu trputus. Karena aq tau kamu sampai saat ini masi belum menikah.
Lanjutkan cerita dewasa »



Kejadian ini terjadi ketika aku lulus dari SMU. Perkenalkan, namaku Moris . Kejadian ini tidak akan terlupakan karena ini adalah pertama kalinya aku merasakan nikmatnya sex yang sebenarnya.

Pada waktu itu aku make love dengan Mbak Yuni yang umurnya kira-kira 10 tahun lebih tua dariku. Wajahnya manis dan kulitnya putih.

Mbak Yuni adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Yuni ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.

Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Yuni sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak Yuni. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu rumahnya.

"Ya sebentar.." terdengar sahutan wanita dari dalam.
Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau lama tidak bertemu. Mbak Yuni terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.
"Cari siapa ya? tanya Mbak Yuni".
"Anda Mbak Yuni kan?" aku balik bertanya.
"Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?" Mbak Yuni kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
"Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Moris Mbak, masak lupa sama aku", kataku.
"Kamu Moris anaknya Pak Tono?" kata Mbak Yuni setengah nggak percaya.

"Ya ampun Ris, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu." Kata Mbak Yuni sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.
"Kamu kapan datangnya, dengan siapa" kata Mbak Yuni sambil melepas pelukannya.
"Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri." kataku.
"Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk." Katanya sambil menggeret tanganku.

Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak Yuni duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Yuni sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri.

"Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya.." kata Mbak Yuni ditengah pembicaraan.
Tak lama kemudian ia datang, "Ayo ini diminum", kata Mbak Yuni.
"Kok sepi, pada kemana Mbak?" Tanyaku.
"Oh kebetulan Mas Ripto (suaminya Mbak Yuni) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Yuni) ikut" jawab Mbak Yuni.
"Belum punya Adik Mbak dan Mbak Yuni kok nggak ikut?" tanyaku lagi.
"Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Yuni ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut" katanya.
"Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu" katanya lagi.
"Iya Mbak, tadi sudah pamit kok" kataku.
"Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin" kata Mbak Yuni.

Lalu aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Yuni gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Yuni selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.

"Sayang Ris ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk" kata Mbak Yuni sambil melangkah ke arahku lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.
Kulihat buah dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Yuni dari belakang. Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin Kontol ku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan Kontol ku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu kucoba menghilangkan khayalan itu.

Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.
"Ris nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu" kata Mbak Yuni.
"Apa Mbak?" Kataku terkejut.
"Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu" katanya.
"Iya Mbak aku inget" jawabku.
"Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih" kata Mbak Yuni sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
"Ayo jadi tidur nggak?" tanya Mbak Yuni.
Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.

"Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget" kata Mbak Yuni.
"Iya Mbak" kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Yuni terbaring di sampingku, kurasakan Kontol ku mengeras.

Aku melirik ke arah Mbak Yuni dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku memeluk Mbak Yuni dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak Yuni sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.

Dengan dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun. Kurasakan Kontol ku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.

Dengan hati-hati aku mulai meraba paha Mbak Yuni dari atas lutut lalu keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Yuni terbangun.
" Moris ! Apa yang kamu lakukan!" kata Mbak Yuni dengan terkejut.
Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.
"Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Yuni. Siapa yang ngajari kamu?" kata Mbak Yuni dengan marah.

Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Kontol ku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.
"Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu" kata Mbak Yuni.
"Ja.. jangan Mbak" kataku ketakutan.
"Mbak Yuni kan juga salah" kataku lagi membela diri.
"Apa maksudmu?" tanya Mbak Yuni.
"Mbak Yuni masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Yuni masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Yuni hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak" jelasku.

Kulihat Mbak Yuni hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.
"Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah" kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Mbak Yuni hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.

"Ris.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?" Terdengar suara Mbak Yuni dari luar.
"Ya Mbak, silakan" kataku sambil berpikir mau apa dia.
Mbak Yuni masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.
"Ris.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu" katanya.
"Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Yuni" kataku.
"Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar" kata Mbak Yuni.
Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuni tidak marah lagi.
"Ris, kamu bener mau sama Mbak?" tanya Mbak Yuni.
"Maksud Mbak?" kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.

"Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa' sih kamu masih tertarik sama aku?" katanya lagi.
Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.
"Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu" katanya lagi.
Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.
"Apa Mbak" kataku terkejut.
"Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi" kata Mbak Yuni

Lagi-lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.

"Gimana Ris? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua" kata Mbak Yuni.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
"Kamu pasti belum pernah kan?" kata Mbak Yuni.
"Belum Mbak, tapi pernah lihat di film" kataku.
"Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi" kata Mbak Yuni.

Mbak Yuni lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Mbak Yuni mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Yuni lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

"Ayo Ris.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu" kata Mbak Yuni.

Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi. Kulihat Mbak Yuni memperhatikan Kontol ku yang berdenyut-denyut, aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

"Ooh.. Ris.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh.." Mbak Yuni mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

"Emmh oh aarghh" Mbak Yuni mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

"Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh.." kata Mbak Yuni meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Tubuh Mbak Yuni semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Mbak Yuni menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam memeknya.

"Ohh.. arghh.. oohh.." kata Mbak Yuni dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
"Oohh aahh.." Mbak Yuni mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
"Ohh.. ohh.. emhh.." Mbak Yuni masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
"Ris apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini" tanya Mbak Yuni.
"Kenapa emangnya Mbak? Kataku.
"Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa" kata Mbak Yuni.
Ia lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.
"Mbak sekarang giliranku" kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuni mengangguk kecil.
Aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam memeknya.

"Aarghh.. emhh.. ooh.." terdengar Mbak Yuni mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.
Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan Kontol ku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Mbak Yuni tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan Kontol ku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

"Ayo Ris jangan takut, masukin aja" kata Mbak Yuni.
Perlahan-lahan aku masukkan Kontol ku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Kontol ku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

"Lebih cepat Ris arghh.. emhh" kata Mbak Yuni terputus-putus dengan mata merem-melek.
Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.
"Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh.." Mbak Yuni berkata tak karuan.
Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.
"Ris, Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh.." kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.

Remasan dinding memeknya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani. Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut Kontol ku dan merebahkan badanku disampinya.

"Mbak Yuni, terima kasih ya.." kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
"Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat" kata Mbak Yuni lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.

Kira-kira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Yuni juga terbangun.
"Kamu mau kemana Ris.." katanya.
"Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Yuni mau?" Kataku.
Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.
"Ini Mbak minumnya" kataku sambil kusodorkan segelas air putih.
Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Yuni yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.

"Ada apa Ris, kok kamu memandangi Mbak" katanya.
"Ah nggak Papa. Mbak cantik" kataku sedikit merayu.
"Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris" kata Mbak Yuni.
"Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang" kataku sambil kukecup bibirnya.
"Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu" kata Mbak Yuni.
"Minta apa Mbak?" tanyaku penasaran.
"Mau nggak kamu kalau.." kata Mbak Yuni terhenti.
"Kalau apa Mbak?" kataku penuh tanda tanya.
"Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi" kata Mbak Yuni dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
"Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?" kataku menggodanya.
"Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini" katanya manja sambil mencubit lenganku.
"Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Yuni" kataku.

Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Yuni juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Yuni juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kelembutan aku melumat- lumat bibir Mbak Yuni.

Aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Yuni pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

Aku sudah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas- remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Yuni sangat redup, dan ia memagut- magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

"Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh.." kata Mbak Yuni mendesah-desah.
Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

"Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh.." mulut Mbak Yuni meracau.
Setiap kali Mbak Yuni terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya, kulakukan beberapa kali.

"Emhh Ris.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh.." kata Mbak Yuni memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep.

Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

"Ris.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh.." kata Mbak Yuni.
Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

"Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh.." kata Mbak Yuni ketika ia klimaks.
Setelah Mbak Yuni selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.

"Gantian Mbak diatas ya sekarang" kataku.
"Gimana Ris aku nggak ngerti" kata Mbak Yuni.

Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak Yuni aku suruh melangkah diatas Kontol ku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang Kontol ku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke Kontol ku dan dalam sekejap bless Kontol ku hilang ditelan memeknya. Mbak Yuni lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Wajah Mbak Yuni terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak- acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

"Oh emhh yaah.. ohh.." itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Yuni.

"Aku nggak kuat lagi Ris.." kata Mbak Yuni sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.
Kurebahkan badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak Yuni mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Yuni menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut penisku dan kusuruh Mbak Yuni menungging lalu kumasukkan Kontol ku dari belakang. Mbak Yuni terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Mbak Yuni rebahan lagi dan aku masukkan lagi Kontol ku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Yuni ingin klimaks lagi, wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.

"Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ris.. arrghh ahh.." kata Mbak Yuni.
"Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir" kataku.
"Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh.." kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram Kontol ku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih.


E N D

Cerita cerita dewasa
Lanjutkan cerita dewasa »

Nadia, Vera dan Poppy

Cerita cerita dewasa - Nadia, Vera dan Poppy

Ketika saya masih kuliah dulu boleh dikatakan termasuk salah satu mahasiswa yang banyak digandrungi oleh cewek. Muka ganteng dengan dagu kebiru-biruan karena bulu yang tercukur rapi dan badan yang tegap. Terus terang saja saya juga sering melakukan hubungan seks dengan beberapa teman yang memang membutuhkannya. Meskipun demikian saya masih memilih yang benar-benar sesuai dengan selera saya. Dari hubungan-hubungan intim itu, timbul rahasia umum di kalangan mahasiswi bahwa batang kemaluan saya panjang dan besar dan yang penting tahan lama bersenggama. Tidak heran kalau setiap akhir minggu ada saja telepon berdering mengajak nonton atau pesta yang kemudian berakhir dengan hubungan intim.
Kebetulan saya punya teman agak kebanci-bancian. Biasanya orang demikian punya kenalan yang luas. Setelah saya lulus dan bekerja di suatu perusahaan cukup ternama, teman tersebut menelepon.
"Heh, mau nggak gua kenalin sama pengusaha wanita sebut saja namanya Vera dan Poppy."
"Mau", jawab saya.
Kebetulan sudah beberapa dua minggu ini nafsu saya tidak tersalurkan karena kesibukan kantor. Padahal bekas-bekas teman kuliah dulu masih sering menelepon.
cewek nafsu"Dia sudah tahu muka lewat foto lu."
"Sialan nih anak, jual-jual foto segala", pikir saya.
Tapi ada syaratnya. Katanya mereka nggak mau resiko kena penyakit. Jadi saya diminta periksa dulu di dokter kelamin. Ada-ada saja permintaannya. Dokter dan jamnya ditentukan juga, sebut saja namanya Nadia. Pada hari yang ditentukan sekitar jam 8 malam, usai dari kantor saya langsung ke tempat praktek Nadia. Ternyata disana sudah nggak ada pasien.

Saya heran karena susternya sudah nggak ada. Saya ketuk pintu terus pintu dibukakan. Ternyata Dokter Nadia sangat cantik sekali. Saya sebentar agak terpana.
"Masuk saudara Rudi", katanya.
Setelah berbasa-basi sebentar, dia bertanya:
"Katanya mau bermain dengan Mbak Vera dan Mbak Poppy ya." sambil mengerling dan tersenyum.
Saya ketawa kecil saja. "Gimana sih untuk membuktikan tidak kena penyakit kelamin", tanya saya.
"Yah, mesti diperiksa air maninya", jawabnya.
"Kalau mau sih saya bantu mengeluarkan", katanya sambil membuka pahanya yang putih mulus itu. Wah kebetulan ini, pikir saya. Terus dia kebelakang sebentar dan keluar lagi.
"Mbak kalau suaminya atau supirnya datang gimana?"
"Suami saya kerja di luar negeri kok dan kebetulan hari ini saya sengaja nggak bawa supir", katanya sambil membuka baju prakteknya.

Ternyata di balik baju sudah tidak ada selembar benang pun. Dengan manja dia duduk di pangkuan saya. Dan saya pun langsung mencium bibir, leher, telinga, kemudian menyusur ke belahan dadanya yang kuning mulus. Terdengar Nadia mulai mendesah kenikmatan. "Akh.. Rud, hisep terus Rud." Secara bergantian saya hisap puting susunya sambil melayangkan jari ke lubang kemaluannya. Terdengar Nadia tambah mengerang-erang kenikmatan. Setelah sepuluh menit berselang, Nadia menarik diri, terus membuka kancing baju dan celana saya sehingga tampak dada saya yang berbulu dan batang kemaluan yang mulai menegang. Tampak Nadia terkagum dengan dada saya yang bidang dan berbulu dan batang kemuluan saya yang panjang dan besar sehingga dia menggesekkan dadanya ke dada saya dengan menciumi bibir dan leher saya. "Gila Rud, kamu jantan sekali", katanya.

Setelah itu, Nadia menarik diri lagi dan berdiri kemudian membawa kepala saya ke lubang kemaluannya. Kemaluannya sangat teratur sekali ditumbuhi dengan bulu-bulu halus yang teratur secara rapi. Dengan semangat, saya jilati lubang kemaluannya sambil meremas buah dadanya.
"Aduh Rud, nikmat. Teru.. U.. S", dengan napas yang tersengal-sengal.
Ketika kakinya semakin mengejang, saya tahu bahwa Nadia mau orgasme. Kemudian saya angkat dia dan saya taruh di meja periksa pasien. Dengan kaki yang mengangkang lebar, "Rud cepet dong selesaikan saya", katanya dengan meminta.
Dengan pelan-pelan saya masukkan batang kemaluan saya yang panjang dan besar itu. Terlihat mata Nadia membelalak kenikmatan kemudian mengerang. Saya gerakkan pantat saya memutar ke kiri dan ke kanan sebentar. Terlihat Nadia sudah tidak dapat menahan orgasmenya, maka saya ganti dengan gerakan menusuk.
"Aduh Rud gila nikmat sekali", katanya.
Sebentar kemudian cengkeraman Nadia sangat erat. Dengan sedikit menjerit, Nadia merangkulkan kakinya ke punggung dan selanjutnya terhempas dengan melepas nafas panjang.

Melihat saya belum apa-apa dia agak bingung juga. "Gimana Rud ya. Masih lama atau nggak?" Saya jawab masih lama. "Jangan lama-lama ya Rud, soalnya besok saya mau ke kerja lagi. Bisa-bisa ngantuk saya." Dengan agak capai, Nadia bangun kemudian meminta saya duduk. Dia masih melihat alat kelamin saya yang masih tegang. "Gede dan panjang banget sih Rud. Pasti Mbak Vera dan Mbak Poppy puas deh dengan kamu. Tapi awas lho mereka itu buas sekali kalau di ranjang", ujarnya. Saya cuma ketawa saja.
cewek maniak

Dengan segera, Nadia kemudian melumat batang kemaluan saya sudah tegang. Aduh ternyata, Nadia sangat lihat sekali memainkan lidahnya di ujung kemaluan saya meskipun tidak sampai separuh yang dikulumnya karena besar dan panjang. Setelah sekitar 15 menit terasa sperma saya mulai mengumpul. Kemudian saya tarik Nadia dan saya taruh lagi di meja pasien dengan posisi telungkup. "Aduh Rud, jangan Rud, capai saya", katanya. Tapi saya nggak mempedulikan. Dengan posisi doggy ini saya masukkan lagi penis saya ke lubang kemaluannya. Terdengar Nadia menjerit kenikmatan yang disusul dengan rintihan dan erangan. "Terus Rud,.. terus.." kemudian badannya mengejang dan terdengar erangan panjang.
"Sudah mau keluar Rud", tanya.
"Belum", jawab saya.
Dengan posisi doggy kemudian saya teruskan penetrasi. Saya kasihan juga melihat Nadia kecapaian. Terasa mau keluar kemudian saya tarik Nadia untuk mengulum batang kemaluan saya lagi. "Oh.. nikmat sekali." Beberapa menit kemudian, saya bilang sama Nadia bahwa mau keluar. "Semprotkan di dalam saja sebagian" katanya. Akh.. sebagian ditelan langsung, sebagian kemudian dimasukkan ke dalam tempat untuk diperiksa. "Gila kamu Rud, kayaknya kamu belum apa-apa ya." Saya cuma tersenyum saja.

TAMAT

Nadia, Vera dan Poppy
Lanjutkan cerita dewasa »

Cowok maniak 1

Cerita cerita dewasa - Cowok maniak 1


Cowok maniak 1
Ini adalah cerita pengalamanku ketika aku baru saja menjadi mahasiswi, aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, disana aku berkenalan dengan Wenny. Mahasiswi seangkatanku juga, orangnya biasa-biasa saja. Dengan tinggi 165/50, rambut hitam sebahu, kulit putih, ceria, dan rada sedikit tomboy dalam penampilannya, karena Wenny berasal dari daerah, maka dia kost tidak jauh dari kampus.

cewek sexi

Beberapa kali Wenny mengajakku untuk main ketempat kostnya, tetapi aku menolaknya dengan halus karena memang aku tidak sempat. Hingga siang hari itu seusai kuliah. Wenny kembali mengajakku untuk bermain ketempat kostnya, dan entah kenapa. Hari itu aku mengiyakan ajakan Wenny itu, mungkin karena akupun sedang bete di rumah dan kebetulan juga aku tidak membawa mobil. Sehingga rada malas juga pakai taxi, kamipun berjalan dari kampus ke tempat kost Wenny. Tidak jauh sih. Tapi harus melewati gang-gang sempit.

Akhirnya kami tiba ditempat kost Wenny, menurutku tempatnya tidak terlalu bagus karena hanya merupakan bangunan semi permanen. Terdiri dari beberapa kamar kost. Dan kamar Wenny terletak dilantai dua bersama 3 kamar lainnya, tidak terlalu besar kamar Wenny itu. Dan di dalam kamar hanya ada sebuah ranjang yang cukup untuk 2 orang. Sebuah lemari pakaian, meja belajar, TV 14 inch, dan ada dvd serta stereo kaset, dan sebuah kipas angin yang ketika dinyalakan. Cukup berisik suaranya.

Setiba di dalam kamar Wenny, akupun langsung duduk di tepian ranjang.



"Sorry Mbak. Kamarku berantakan" seru Wenny sembari membuka lemari pakaiannya.

"Ah. Lumayan juga Wen. Cuman rada panas yaa" jawabku.

"Memang. Panas banget." sahut Wenny.

"Sorry.. Aku ganti baju dulu yaa" sambungnya lagi.



Lalu Wenny membelakangiku. Melepas t-shirtnya. Lalu celana jeansnya. Tampak bra dan CD Wenny yang berwarna hitam itu. Lalu Wenny melepas branya. Sehingga aku dapat melihat punggung Wenny yang mulus itu. Lalu ia mengenakan dasternya. Warna merah dengan motif bunga, tanpa lengan tapi cukup pendek menurutku. Karena ketika Wenny membungkuk untuk mengambil bra-nya yang terjatuh dilantai. Tampak celana dalam Wenny dari belakang, kemudian Wenny menarik kursi dan duduk dihadapanku. Dengan kedua kaki diangkat ketepian kursinya dan dalam posisi mengangkang, sehingga kelihatan jelas celana dalamnya itu, aku hanya tersenyum saja melihat itu.



"Sorry yaa.. Aku duduk begini" seru Wenny.

"Kita kan sama-sama cewek." sambungnya lagi.

"Enggak apa-apa kok wen" sahutku, lalu mataku tertuju ke sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja belajar Wenny.

"Foto siapa tuh wen?" seruku, lalu Wenny mengambil bingkai foto itu dan menyerahkan padaku.

"Cowokku" sahutnya.



Aku memperhatikan foto cowok Wenny itu, tidak terlalu ganteng. Bahkan rada berumur, lalu.



"Namanya siapa wen?" tanyaku.

"Mas Eko"

"Berapa umurnya?"

"30 tahun.." sahut Wenny.

"Kerja?"

"Iya. Pegawai negeri"

"Sudah lama kamu jalan sama dia?"

"Baru satu tahun"

"Tinggal dimana.?"

"Enggak jauh kok"

"Sering dong dia main ke sini?"

"Mhmm. Seringlah" sahut Wenny.


Akupun tersenyum sembari mengembalikan foto itu pada Wenny, tiba-tiba.. tok.. tok.. tok.. ada yang mengetuk pintu kamar.



"Wah umur panjang nih orang.." seru Wenny.


Lalu ia bangkit berdiri dan membukakan pintu, tampak seorang pria berdiri di ambang pintu. Ternyata dia adalah cowok Wenny itu.


"Hai Mas.." sambut Wenny manja sembari memeluk dan mengecup bibir Mas Eko

"Mas.. Kenalin temanku. Nia" seru Wenny.


Akupun mengulurkan tanganku dan dijabat erat oleh Mas Eko, rada risih juga sih. Karena tampak tatapan mata Mas Eko yang tajam..


"Eko.." sahutnya.

Lalu kami pun mengobrol bertiga di dalam kamar itu, Eko dan Wenny duduk di tepian ranjang sementara aku duduk dikursi, dan ternyata Mas Eko itu enak diajak ngobrol. Orangnya humoris, cukup wibawa hanya saja matanya selalu mencuri-curi pandang ke arahku, cuman yang membuat aku merasa risih. Melihat tingkah laku mereka. Karena tidak jarang Mas Eko dalam candanya memegang paha dan mencolek buah dada Wenny, sementara Wenny hanya mengeliat saja tanpa usaha mencegahnya, bahkan ketika Wenny sedang membungkuk untuk mengambil handuk yang terjatuh dilantai. dengan seenaknya Mas Eko mengulurkan tangannya memegang selangkangan Wenny dari belakang.

"Auuh.." jerit Wenny.

Tetapi dia membiarkan tangan Mas Eko itu meraba selangkangannya dari belakang, lalu Wenny membalikkan tubuhnya dan.


"Nakal yaa Mas. enggak enak tuh dilihat Mbak Nia.." seru Wenny manja.

"Hehehe." Mas Eko hanya cengegesan saja.

"Oh iya. Mau pada minum apa nih?" seru Wenny.

"Seperti biasalah" sahut Mas Eko.

"Mbak Nia.. Mau minum apa?" tawar Wenny.

"Mhmm.. Teh botol aja deh" sahutku.


Lalu Wenny keluar kamar. Mungkin mau memesan minum, kini tinggal aku dan Mas Eko dalam kamar itu. Mas Eko memandangiku terus. Dan aku merasa risih dipandangin demikian.


"Sudah punya pacar belum?" tanyanya tiba-tiba.

"Belum Mas.." sahutku polos.

"Kok cantik-cantik gini belum punya pacar" serunya lagi.

"Belum kepikiran Mas" sahutku diplomasi.



Lalu Wenny masuk kembali ke dalam kamar, dia membawa minumanku, dan dua botol bir yang ternyata untuk Mas Eko, gilaa. siang-siang panas gini minum bir. pikirku.

Lalu kami mengobrol lagi. Dan setelah kusadari 2 botol bir itu telah habis.. Bahkan Mas Eko memesan lagi. Hingga aku lihat sudah lima botol tergeletak dilantai, bukan itu aja. Aku pun melihat Wenny ikut-ikutan juga minum bir itu. Kini Mas Eko tambah berani. Ia tidak sungkan-sungkan menepuk pahaku atau bahuku jika sedang ngobrol, sementara Wenny cuek saja melihat itu.

Menjelang sore. suasana dalam kamar itu menjadi semakin gerah bagiku, selain udara yang memang panas. tingkah laku Mas Eko dan Wenny semakin di luar kontrol saja. Mereka tidak sungkan-sungkan berciuman di hadapanku. Bahkan dalam candanya beberapa kali Mas Eko meremas-remas buah dada Wenny sementara Wenny membiarkan itu semua. Bahkan dia semakin bersikap menantang.


"Mentang-mentang ada Mbak Nia. Beraninya hanya begitu saja" seru Wenny.

Merasa ditantang demikian. tiba-tiba Mas Eko menerkam tubuh Wenny sehingga tubuh Wenny berada dibawahnya. Lalu dengan ganas Mas Eko menciumi bibir dan leher Wenny, Wenny hanya cekikikan saja. Sementara aku. Aku merasa semakin gerah saja, apalagi ketika tangan Mas Eko dengan leluasanya meraba-raba paha Wenny hingga kepangkal pahanya.


"Ooohh.. Mas.. Uuhh.." rintih Wenny.



Akupun memalingkan wajahku. melihat ketempat lain. Risih.. Tapi aku penasaran.



"Aahh. Oohh" rintih Wenny lagi.


Akupun segera melirik dan yaa. ampunn.. Tampak Mas Eko telah melorotkan daster Wenny sehingga kelihatanlah kedua buah dada Wenny itu yang langsung diciumi dengan ganas oleh Mas Eko. Gilaa.. Apa yang mereka perbuat. Sementara aku hanya duduk menonton saja. Melihat keganasan Mas Eko dan mendengar rintihan-rintihan Wenny. Akupun mulai terangsang.


Tiba-tiba Mas Eko menghentikan ciumannya lalu ia melepas daster Wenny itu. Dan menarik lepas celana dalam Wenny. Kini Wenny sudah benar-benar telanjang bulat.



"Sabar Mas.. Sabar. Ada Mbak Nia loh" rintih Wenny.

"Biarin" sahut Mas Eko sembari terus menciumi payudara Wenny, tampak Mas Eko mulai menciumi perut Wenny. Terus ke bawah dan akhirnya berhenti diantara kedua paha Wenny yang sudah terpentang lebar itu.


"Aahh. Oohh." erang Wenny panjang sembari kedua tangannya meremas-remas kepala Mas Eko.

cewek sexi

Merinding aku melihat adegan itu. Tapi diam-diam aku merasakan CD-ku mulai basah, beberapa kali aku menyedot teh botolku yang sebenarnya sudah habis itu, lalu tampak Mas Eko membuka kemejanya, singletnya, lalu celana panjangnya dan celana dalamnya. Sehingga tampak batang kemaluan Mas Eko yang sudah tegang mengeras itu. Lalu ia mengambil posisi diantara kedua paha Wenny.



"Ayo.. Mas.. Ayo." desah Wenny dengan mata setengah terpejam.

"Aaakk. Ohh." erang Wenny panjang.



Tampak Mas Eko kembali menindih tubuh Wenny, kini aku menjadi benar-benar salah tingkah. Tidak terbayangkan di depan mata kepalaku sendiri ada adegan begini. Jujur saja akupun mulai terangsang. Apalagi ketika melihat gerakan erotis pinggul Mas Eko yang naik turun itu. Sementara Wenny hanya mengeliat-ngliat dengan suara rintihan nikmat keluar dari mulutnya.

Aku sepertinya dianggap tidak ada oleh mereka. Gila. Aku ingin keluar dari kamar itu, tapi penasaran. Lalu tampak Mas Eko menyuruh Wenny untuk menungging. Dan dengan posisi dog style.. kembali Mas Eko memasukkan batang kemaluannya ke dalam vagina Wenny. Dari posisi ini aku dapat melihat batang kemaluan Mas Eko yang keluar-masuk liang kemaluan Wenny.

"Ooh. Terus.. Mas.. Teruss.. Ahh" erang Wenny, Mas Eko tampak bergerak seperti mesin saja enggak capek-capek. Sementara Wenny mengerang-ngerang keenakan. Ooohh. Pusing kepalaku melihat itu. Kemudian tampak Mas Eko menjilat jari telunjuknya sendiri dan. Ditusukkannya telunjuknya itu ke dalam lobang anus Wenny.



"Aaahh. Iyaa.. Iyaa.. Oohh" rintih Wenny lagi.



Beberapa kali aku menelan air liurku. Dan akupun mulai gelisah. tiba-tiba..



"Aaaghhkk.. Aku keluar.. Aku keluar maass" Wenny mengerang panjang. Tampak tubuh bergetar-getar.

"Cepat sekali kau keluar Wen." seru Mas Eko sembari mencabut batang kemaluannya.

"Ooh.. Enak.. Mass.. Enak.." desis Wenny.

"Dimasukin ke sini yaa." seru Mas Eko sembari mencobloskan telunjuknya dalam-dalam ke dalam lobang anus Wenny. Tampak tubuh Wenny tersentak kedepan.

"Sudah.. Mas.. sudah. jangan." sahut Wenny sembari menjatuhkan tubuhnya telungkup, tampak batang kemaluan Mas Eko yang masih tegang menantang itu.

"Sama Mbak Nia aja Mass" seru Wenny lagi..



Apa.. Aku terkejut mendengar itu, sudah gila.. kawanku ini. Seruku dalam hati. Dan benar saja. Mas Eko menoleh ke arahku. Aku jadi salah tingkah.



"Hehehe. Ayo Nia. Ikutan"



Serunya sembari cengegesan. Aku hanya diam saja sembari berusaha menguasai diri. Lalu Mas Eko turun dari ranjang dan berjalan ke arahku. Berdegup keras jantungku.. Demi melihat batang kemaluan Mas Eko yang terayun-ayun.. Mendekat ke arahku.



"Tidak Mas. Terima kasih" sahutku sembari berusaha tersenyum.

"Aahh. Ayolah" seru Mas Eko.



Bersambung . . .


Cerita cerita dewasa
Lanjutkan cerita dewasa »

Pembantu yang seksi

Cerita cerita dewasa - Pembantu yang seksi.

Pembantu yang seksi
Di sebuah rumah di kota P, terdapat laki-laki muda yang masih single. Pria tersebut bernama Bonsa (samaran). Perawakannya ganteng dan berbody atletis, berkulit putih dan memiliki batang kemaluan yang besar dan panjang, dengan panjang 18 cm dan diameter 5 cm. Dia mempunyai libido sex yang tinggi, tidak jarang melakukan onani sampai setiap hari jika sedang bernafsu. Di rumahnya dia ditemani 3 orang pembatu yang masih muda dan seksi.

cewek bugil

Pembantunya semua wanita, yang pertama (dari umur), Mirna asal Malang, umurnya 25 tahun, sudah menikah (suaminya tetap di Malang) dan mempunyai dua orang anak. Walau sudah menikah, tubuhnya masih bagus, body seksi dan kulitnya putih susu. Payudaranya masih kencang, berisi, dan montok dengan ukuran 36B. Lubang kemaluannya masih rapat walau sudah pernah melahirkan 2 anak. Kedua, Marni asal Lumajang, status janda tanpa anak (cerai), umur 19 tahun, tubuhnya tinggi sekitar 175 cm. Bodynya seksi, payudaranya berukuran 36B juga tapi sudah menggantung, alat vitalnya bagus dan sedikit sudah longgar, tapi masih enak, rapih karena bulu kemaluannya dicukur habis. Ketiga, Parni asal Jember, umur 16 tahun belum menikah tapi sudah tidak perawan lagi, tubuhnya biasa dibandingkan dengan yang lain, tetapi sangat menggairahkan. Payudaranya besar berukuran 39A, kulitnya putih dan liang senggamanya masih sempit (baru satu kali melakukan hubungan sex).



Hari kamis Bonsa pulang kerja lebih awal, tetapi dia sampai di rumahnya baru sore hari, karena dia tadi bersama temannya nonton film biru dulu di kantornya (ruangannya). Setelah sampai di rumah, Bonsa ingin langsung masuk kamar untuk melepaskan nafsunya yang terbendung dengan melakukan onani. Tetapi ketika hendak masuk kamar, Bonsa melihat pembantu-pembatunya bersenda gurau dengan menggenakan baju yang seksi, dengan hanya memakai rok mini dan atasannya "you can see". Dia memperhatikan senda gurau pembantunya yang bercanda dengan memegang payudara temannya. Otak Bonsa cepat berpikir kotor, apalagi sudah dari tadi dia sedang bernafsu.

Bonsa berjalan mendekati pembantunya yang berada di taman belakang, dia mengendap-ngendap mendekati Marni yang paling dekat dan membelakangiinya. Setelah dekat, dipeluk tubuh Marni yang berdiri dan langsung bibirnya bergerilya di leher Marni.

"Tuann.. lepaskan Tuan, saya pembantu Tuan.." katanya.

Tapi Bonsa tetap acuh saja dan terus menciumi leher bagian belakang milik Marni, sedangkan yang lain hanya diam saja ketakutan.

"Aug..!" desah Marni saat Bonsa mulai meremas payudara miliknya.

"Kamu semua harus melayaniku, aku sedang ingin bercinta..!" kata Bonsa seraya melepaskan pelukannya tapi tidak melepaskan genggamannya di tangan Marni.

"Tappii.. Tuuan.." jawab mereka ketakutan.

"Tidak ada tapi-tapian.." jawab Bonsa sambil kembali memeluk Marni dan mulai menciumnya.

"Augghh.." desah Marni saat tangan Bonsa menyelinap ke selangkangannya dengan mereka tetap berciuman, sementara Parni dan Mirna hanya melihatnya tanpa berkedip (mungkin sudah terangsang), tangannya pun mulai masuk ke dalam roknya masing-masing.



Ciuman Bonsa mulai turun ke arah payudara milik Marni, dikecupnya payudara Marni walau masih tebungkus BH dan kaosnya, sedangkan tangan Bonsa meremas-remas susunya yang kiri dan tangannya yang satunya sudah berhasil melewati CD-nya.

"Augh.." desah Marni.

Dibuka bajunya dan BH-nya, "Wau besar juga susumu Mar.." kata Bonsa sambil tangannya memainkan susu Marni dan memelintir puting susunya.

"Ah, Tuaan bisaa aja, ayo dong nyusu duluu.. augh..!" jawab Marni sambil mendorong kepala Bonsa higga susunya langsung tertelan mulut Bonsa.

"Augghh.." desah Marni merintih kenikmatan, sedang tangannya Marni masuk ke celana Bonsa dan langsung mengocok batang kejantanan Bonsa.



Dijilat dan dihisap payudara Marni, tangannya meremas serta mempermainkan puting susunya, kadang digigit dan disedot payudara Marni.

"Auughh..!" Marni berteriak kencang saat susunya disedot habis dan tangan Bonsa masuk ke liang senggamanya.

Ciuman Bonsa turun setelah puas menyusu pada Marni, dijilatnya perut Marni dan membuka roknya. Setelah terbuka, terlihat paha putih dan liang senggamanya yang telah basah yang sangat membuat nasfu Bonsa bertambah. Sedangkan Mirna dan Parni sudah telanjang bulat dan melakukan masturbasi sendiri sambil melihat tuannya bercinta dengan temannya.



Diciuminya bibir kemaluan Marni yang masih terbungkus CD.

"Augghh.." desah Marni tidak kuat.

Karena tidak kuat lagi, Marni mendorong kepala Bonsa dan langsung menurunkan CD-nya, setelah itu didorong masuk kepala Bonsa ke liang senggamanya.

"Auughh.. ughh.." desah Bonsa saat lidah Bonsa menjilati bibir kemaluannya.

Lidah Bonsa semakin liar saja, dimasukkan lidahnya ke liang itu dan dijilati semua dinding kemaluan itu tanpa ada sedikitpun yang terlewati. Klitorisnya pun tidak ketinggalan digigit dan dijilati.



"Aauugghh.. aagghh..!" desah Marni.

Lidah Bonsa terus menjilati bagian dalam vagina Marni. Marni mulai mengejang bagai tersambar petir jilatan lidah Bonsa. Tangannya mulai menjabak rambut Bonsa, tapi Bonsa tidak marah dan sebaliknya malah mempercepat jilatan lidahnya.

"Aagghh.. aku mau keeluu.. uuaarr.. Tuua.. an.." rintih Marni.

Dijilati terus Marni dengan lidahnya, dan akhirnya, "Croott.. crroott..!" cairan kental, panas, dan asin keluar dengan deras di lidah Bonsa, dijilati cairan itu dan ditelan Bonsa.



Setelah itu Bonsa berjalan ke arah Parni yang sedang tiduran dan masturbasi. Ditidurinya langsung tubuh Marni, dicium payudaranya yang sudah mengeras. Dijilat dan digigit puting susu Parni dan Parni hanya mendesah saja, tapi tangannya masih di dalam liang kemaluannya. Sedangkan Marni masih menjilati tangannya yang habis membersihkan ciran yang keluar dari lubang senggamanya. Tangan Bonsa bergerak turun membelai semua sudut pahanya dan jilatannya mulai turun dari payudara Parni.



Setelah puas menjilati bagian bawah dari payudara Parni (perut dan sekitarnya), Bonsa mulai memasukkan lidahnya ke liang kemaluan Parni yang sudah banjir.

"Aaugghh..!" desah Parni ketika lidah Bonsa menjilati dinding kemaluannya.

Tangan Parni meremas susunya sendiri menahan geli dan nikmat, dipelintir-pelintir sendiri puting susunya. Lidah Bonsa ditarik keluar dan digantikan tangannya, langsung masuk tiga jari sekaligus dan mulutnya beraksi lagi di susu Parni.

"Auugghh.. aagghh.. ugghh.. ugh..!" desah Parni yang bergerak ke kanan ke kiri, menahan nikmat yang luar biasa.



"Aagghh.. Parni.., mau.. kee.. luar Tuaa.. ann..!" teriak Parni sambil memasukkan tangannya ke liang senggamanya.

Dengan maksud membantu mempercepat keluar karena Bonsa mengetahui Parni mau keluar, tangan Bonsa diganti dengan lidahnya dan tangannya memelintir serta meremas payudara Parni.

"Aaaghh.. Parni.. keluu.. uarr..! Croott.. ccrroott..!" cairan panas membasahi lagi lidah Bonsa dan langsung Bonsa bersihkan serta menelannya (prinsip Bonsa menelan cairan dari kemaluan wanita adalah dapat membuat awet muda). Parni lemas sekitika, dia hanya meremas pelan buah dadanya, dan Bonsa mengecup bibir Parni.



Kemudian Bonsa bergerak ke Mirna yang sedang berciuman dengan Marni temannya. Kaki Mirna sudah terbuka lebar dan terlihat lubang kemaluannya yang merah menyala, memperlihatkan banjir oleh cairan kental. Tangan Mirna terus meremas-remas payudara Marni dan demikian sebaliknya. Karena sudah terbuka kaki Mirna, maka Bonsa berlutut dan langsung menancapkan lidahnya ke liang milik Mirna.

"Agghh..!" desah Mirna saat lidah Bonsa sudah menjilati liangnya dan juga menghisap klitorisnya.

Mirna dan Marni terus berciuman, sedangkan Parni melakukan masturbasi lagi.



Bonsa terus menjilati dan memasukkan tanganya ke kemaluan Mirna, dijilat dan dihisap terus sampai Mirna berhenti berciuman dan mengejang. Tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri. Tangan Marni meremas susu Mirna, dan mulutnya menjilati susunya yang sebelah lagi, sedangkan tangannya masuk ke kemaluannya sendiri sambil dimaju-mundurkan.

"Aagh.. uugghh.. saya mau.. keluar Tuu.. ann..!" jerit Mirna, dan Bonsa masih terus menjilati dengan cepat dan terus bertambah cepat.

"Ccrrott.. ccrroott..!" keluar cairan panas membasahi lidah dan wajah Bonsa lagi, dan seperti sebelumnya, dijilati dan ditelan cairan yang keluar dari kemaluan Mirna.



Setelah selesai menjilati kemaluan Mirna, Bonsa menarik tangan Marni dan menyuruhnya berposisi nungging atau doggy style. Dipukul pantat Marni dengan batang kejantanannya dan tangannya meremas susu Marni agar membangkitkan rangsangan lagi. Setelah terlihat merekah lubang kemaluan Marni, batang keperkasaan Bonsa pun langsung ditancapkan ke vagina Marni.

"Aaagghh..!" desah Marni saat batang kejantanan Bonsa masuk semua ke lubang senggamanya.

Bonsa pun mulai memompa secara teratur dan stabil, diselingi hentakan-hentakan yang tiba-tiba,"Aaagghh..!" desah Marni.



Bonsa terus memompa dan sekarang mulai bertambah cepat, karena melihat Marni yang kepalanya mendangak ke atas dan berteriak semakin keras mengucapkan kata-kata kotor.

"Agghh.. Tuan, rudal Tuan ennakk banget.. Saya mau keluar Tuu.. an..!" teriak Marni yang malah mempercepat sodokan Bonsa ke liang senggamanya.



"Aagh.. saya keluu.. arr..!" tubuh Marni mengejang dan cairan keluar membasahi batang kemaluan Bonsa, terasa panas cairan tersebut.

Dan setelah selesai, Bonsa mencium punggung Marni dan berkata, "Liang kamu juga enak, kapan-kapan layani tuan lagi ya..?"

Marni hanya diam berbaring di rumput dan tangannya meremas susunya sendiri.



Bonsa merangkak ke arah Parni yang duduk dan sedang masturbasi sendiri, sedangkan Mirna sedang menikmati jilatan lidah Marni yang bangun lagi ke kemaluannya. Diacungkan batang keperkasaan Bonsa ke arah Parni dan disuruh memasukkan ke mulutnya. Parni langsung menyambar batang kemaluan tuannya dan mulai menjilati serta memasukkan ke mulutnya.

"Aagghh..!" desah Bonsa, "Kamu hebat juga ya kalau ngemut beginian..!" kata Bonsa memuji hisapan pembantunya.

Parni memang ahli, dia menjilat dari ujung sampai ke buah zakar tuannya, kadang dimasukkan semua batang tuannya ke mulutnya dan disedot serta dimaju-mundurkan mulutnya. Setelah puas dengan kepunyaan tuannya, Parni meminta tuannya memasukkan keperkasaannya ke lubang kenikmatannya. Bonsa berbaring di rumput dan menyuruh Parni berada di atasnya. Parni menuntun batang kejantanan tuannya ke liangnya dalam posisi dia duduk di atas tuannya.



"Aggh..!" desah Bonsa dan Parni saat kejantanan Bonsa masuk ke liang Parni.

Bonsa mendorong pinggulnya untuk menekan kemaluannya masuk dan Parni menggoyangkan pinggangnya agar batang tuannya bisa maraba semua bagian dalam vaginanya. Naik turun dan bergoyang memutar Parni untuk mengimbangi sodokan liar tuannya. Tangan Bonsa pun meremas susu Parni yang bergoyang mengikuti gerakan Parni.

"Agghh.. uuggkkhh..!" desah Parni.



Parni pun terus berteriak mengeluarkan kata-kata kotor dan mendesah ketika dia merasa sudah mau keluar.

"Aaghh.. ruu.. dall.. Tuan.. enak, saya.. mau.. keluarr..! Enakk..!"

Bonsa mempercepat gerakannya dan demikian juga Parni.

"Croott.. croott.." keluar cairan panas yang kali ini lebih panas dari milik Marni ke batang kemaluan Bonsa.

"Kamu hebat Parni.." kata Bonsa sambil mengecup susu Parni.

"Aghh.. Tuan juga hebat, kontol Tuan enak..!"



Bonsa menarik Mirna yang menjilati bibir kemaluan Marni dan digantikan Parni. Setelah mengistirahatkan kemaluannya, Bonsa menyuruh Marni menjilati dan menyedot rudalnya agar berdiri kembali. Dan setelah berdiri, maka Bonsa memasukkan batang kejantanannya ke lubang kenikmatan Mirna dalam posisi tiduran (Mirna di bawah dan Bonsa di atas menindih).

"Agghh..!" desah Marni saat batang kemaluan tuannya baru masuk setengah.

"Rapet banget lubangmu Mir..!" kata Bonsa ketika agak kesulitan memasukkan seluruh batang kemaluannya.

Dihentakkan dan disodok rudal Bonsa ke pembatunya, dan secara spontan Mirna berteriak merintih kesakitan karena milik tuannya terlalu besar dan dimasukkan secara paksa.



"Aaghh.. iighh..!" teriak Mirna.

Bonsa mendiamkan sebentar rudalnya yang telah masuk ke kemaluan Mirna. Setelah itu mulai dipompa pelan dan semakin lama semakin cepat.

"Aghh.. uugghh.. koonn.. tooll Tuaann.. enakk..!" teriak Mirna saat sodokan Bonsa mulai tambah cepat dan mulut tuannya menghisap susunya.

Bonsa terus menghisap dan memompa cepat rudalnya, dan Mirna mulai bergerak ke kiri ke kanan dan kemaluannya secara spontan mulai menjepit rudal tuannya yang berada di dalam sarangnya.



"Aaaghh, sayaa.. keluarr.. uughh.. ughh..!" Mirna menjerit kencang tidak beraturan karena nafasnya mulai kehabisan menahan kenikmatan sodokan batang rudal tuannya.

Akhirnya, "Crroott.. ccrroott..!" keluarlah cairan panas ke kemaluan Bonsa, dan cairannya sangat banyak hingga keluar mengalir dari liang senggamanya.

"Boleh juga memek kamu dan susu kamu, nanti malam ke kamarku..!" kata Bonsa setelah mengecup bibir kemaluan Mirna yang sudah banjir dan masih mengeluarkan cairan.

"Ah Tuan bisa aja, memang saya hebat..? Nanti malam saya akan jadi pembatu sexx tuan, dan saya berikan layanan super special dari memek saya ini, Tuan.."



Karena masih berdiri tegak dan masih belum ejakulasi, maka Bonsa menyuruh pembantunya bertiga untuk menghisap dan menjilat kemaluannya sampai mengeluarkan sperma. Marni, Parni dan Mirna berebutan menghisap dan memasukkan batang kemaluan tuannya ke mulut mereka. Bonsa sudah merasa mau keluar dan ditariknya kemaluannya sambil mulai mengocok dengan cepat di hadapan wajah pembantu-pembantunya.

"Aaaghh..!" desah Bonsa saat dia mengeluarkan beban sex-nya yang ada di alat vitalnya.

Semburan sperma tadi mengenai wajah Mirna, Parni dan Marni. Karena sperma yang dikeluarkan sangat banyak, maka sampai mengalir ke susu mereka bertiga. Bonsa menyuruh Parni membersihkan sisa sperma di batang kejantanannya dengan mulut Parni, sedangkan Parni membersihkan kemaluan tuannya. Yang lainnya menjilati dan menelan sperma yang mengalir dan menempel di mulut, wajah, dan susu mereka masing-masing.

cewek bugil
Setelah selesai, Bonsa berkata, "Kalian semua hebat dan terima kasih atas pelayanan kalian. Kalian akan mendapatkan bonusku setiap akhir minggu atau semau kalian atau saya. Dan Mirna, jangan lupa nanti malam..!"

Bonsa berrjalan mengambil pakaiannya dan masuk ke dalam untuk mandi.

"Terimah kasih Tuan telah memuaskan kami, dan kami akan mengambil bonus Tuan." jawab pembantu Bonsa ketika melihat tuannya masuk ke rumah.

Mereka bertiga saling mencumbu, dan setelah itu masuk dan mandi bertiga.



Demikianlah pengalaman sex Bonsa dan pembantunya yang masih berlangsung sampai sekarang, walaupun Bonsa sekarang sudah mempunyai istri dan dua orang anak laki-laki. Mungkin anak laki-lakinya meneruskan perilaku ayahnya.




TAMAT

Cerita cerita dewasa
Lanjutkan cerita dewasa »

Dalam lift kampus 2

Cerita cerita dewasa -


"Cepetan Ful, kita juga mau ngerasain memeknya, kebelet nih!" kata Rois pada Syaiful.

"Sabar jek.. Uuhh.. Nanggung dikit lagi.. Eemmhh!" jawab Syaiful dengan terengah-engah.
cewek cantik
Genjotan Syaiful semakin kencang, nafasnya pun semakin memburu menandakan bahwa dia akan orgasme. Kami mengatur tempo genjotan agar bisa keluar bersama.

"Uhh.. Uhh.. Udah mau Ci, boleh di dalam gak?" tanyanya.

"Jangan.. gue lagi subur.. Ah.. Aahh!!" desahku bersamaan dengan klimaks yang menerpa.

"Hei, jangan sembarangan buang peju, ntar gua mana bisa jilatin memeknya!" tegur Adi.

Syaiful menyusul tak sampai semenit kemudian dengan meremas kencang payudaraku hingga membuatku merintih, kemudian dia mencabut penisnya dan menumpahkan isinya ke punggungku.


"Ok, next please" Syaiful mempersilakan giliran berikut.


Adi langsung menyambut tubuhku dan memapahku berdiri. Disandarkannya punggungku pada dinding lift lalu dia mencium bibirku dengan lembut sambil tangannya menelusuri lekuk-lekuk tubuhku, kami ber-french kiss dengan panasnya. Serangan Adi mulai turun ke payudaraku, tapi cuma dia kulum sebentar, lalu dia turun lagi hingga berjongkok di depan vaginaku. Gesper dan resleting rokku dia lucuti hingga rok itu merosot jatuh. Dia menatap dan mengendusi vaginaku yang tertutup rambut lebat itu, tangan kanannya mulai mengelusi kemaluanku sambil mengangkat paha kiriku ke bahunya. Jari-jarinya mengorek liang vaginaku hingga mengenai klitoris dan G-spotku.


"Sshh.. Di.. Oohh.. Aahh!!" desisku sambil meremas rambutnya ketika lidahnya mulai menyentuh bibir vaginaku.


Aku mengigit-gigit bibir menikmati jilatan Adi pada vaginaku, lidahnya bergerak-gerak seperti ular di dalam vaginaku, daging kecil sensitifku juga tidak luput dari sapuan lidah itu, kadang diselingi dengan hisapan. Hal ini membuat tubuhku menggeliat-geliat, mataku terpejam menghayati permainan ini. Tiba-tiba kurasakan sebuah gigitan pelan pada puting kiriku, mataku membuka dan menemukan kepala Syaiful sudah menempel di sana sedang mengenyot payudaraku. Rois berdiri di sebelah kananku sambil meremas payudaraku yang satunya.


"Ci, toked lu gede banget sih, ukuran BH-nya berapa nih?" tanyanya.

"Eenngghh.. Gua 34B.. Mmhh!" jawabku sambil mendesah.

"Udah ada pacar lo Ci?" tanyanya lagi.


Aku hanya menggeleng dengan badan makin menggeliat karena saat itu lidah Adi dengan liar menyentil-nyentil klitorisku. Sensasi ini ditambah lagi dengan Rois yang menyapukan lidahnya yang tebal ke leher jenjangku dan mengelusi pantatku. Sebelum sempat mencapai klimaks, Adi berhenti menjilat vaginaku. Dia mulai berdiri dan menyuruh kedua temannya menyingkir dulu.


"Minggir dulu jek.. Gua mo nyoblos nih! Walah.. Nih toked jadi bau jigong lu gini Ful!" omelnya pada Syaiful yang hanya ditanggapi dengan seringainya yang mirip kuda nyengir.

Paha kiriku diangkat hingga pinggang, lalu dia menempelkan kepala penisnya pada bibir vaginaku dan mendorongnya masuk perlahan-lahan.



"Ooh.. Di.. Aahh.. Ahh!" desahku dengan memeluk erat tubuhnya saat dia melakukan penetrasi.

"Aakkhh.. Yahud banget memek lu Ci.. Seret-seret basah!"


Kemudian Adi mulai memompa tubuhku, rasanya sungguh sulit dilukiskan. Penis kokoh itu menyodok-nyodokku dengan brutal sampai tubuhku terlonjak-lonjak, keringat yang bercucuran di tubuhku membasahi dinding lift di belakangku. Eranganku kadang teredam oleh lumatan bibirnya terhadapku. Senjatanya keluar-masuk berkali-kali hingga membuat mataku merem-melek merasakan sodokan yang nikmat itu. Aku pun ikut maju mundur merespons serangannya. Saat itu kedua temannya hanya menonton sambil memegangi senjata masing-masing, mereka juga menyoraki Adi yang sedang menggenjotku seolah memberi semangat.

Sementara dia berpacu di antara kedua pahaku, aku mulai merasakan klimaks yang akan kembali menerpa. Tubuhku bergetar hebat, pelukanku terhadapnya juga semakin erat. Akhirnya keluarlah desahan panjang dari mulutku bersamaan dengan melelehnya cairan kewanitaanku lebih banyak daripada sebelumnya. Namun dia masih bersemangat menggenjotku, bahkan bertambah kencang dan bertenaga, nafasnya yang menderu-deru menerpa wajahku.


"Uuhh.. Uuh.. Ci.. Yeeahh.. Hampir!" geramnya di dekat wajahku.



Tubuhnya berkelojotan diiringi desahan panjang, kemudian ditariknya penisnya lepas dari vaginaku dan menyemprotlah isinya di perutku. Dia pun lalu ambruk ke depanku sambil memagut bibirku mesra. Karena Adi melepaskan pegangannya terhadapku, pelan-pelan tubuhku merosot hingga terduduk bagai tak bertulang, begitu pun dengannya yang bersandar di lift dengan nafas ngos-ngosan. Aku meminta Syaiful mengambilkan tissue dari tasku, aku lalu menyeka keringat di keningku juga ceceran sperma pada perutku sambil menjilat jari-jariku untuk mendapatkan ceceran sperma itu. Hingga kini pakaian yang masih tersisa di tubuhku cuma sepatu dan kaos yang telah tergulung ke atas.

Tenggang waktu ke babak berikutnya kurang dari lima menit, Rois setelah meminta ijin dahulu, memegangi kedua pergelangan kakiku dan membentangkannya. Ditatapnya sebentar lubang merah merekah di tengah bulu-bulu hitam itu, kedua temannya juga ikut memandangi daerah itu.


"Ayo dong.. Pada liatin apa sih, malu ah!" kataku dengan memalingkan muka karena merasa risi dipelototi bagian ituku, namun sesungguhnya aku malah menikmati menjadi objek seks mereka.

"Hehehe.. Malu apa mau nih!" ujar Syaiful yang berjongkok di sebelahku sambil mencubit putingku.

"Lu udah gak virgin sejak kapan Ci? Kok memeknya masih OK?" tanya Rois sambil menatap liang itu lebih dekat.

"Enam belas, waktu SMA dulu" jawabku.


Kami ngobrol-ngobrol sejenak diselingi senda gurau hingga akhirnya aku meminta lagi karena gairahku sudah kembali, ini dipercepat oleh tangan-tangan mereka yang selalu merangsang titik-titik sensitifku. Rois menarikku sedikit ke depan mendekatkan penisnya pada vaginaku lalu mengarahkan benda itu pada sasarannya. Uuh.. Vaginaku benar-benar terasa sesak dan penuh dijejali oleh penisnya yang perkasa itu. Cairan vaginaku melicinkan jalan masuk baginya.


"Aa.. aadduhh, pelan-pelan dong!" aku mendesah lirih sewaktu Rois mendorong agak kasar. Sambil menggeram-geram, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit hingga terbenam seluruhnya dalam vaginaku.

"Eengghh.. Ketat abis, memek Cina emang sipp!" ceracaunya.



Dia menggenjot tubuhku dengan liar, semakin tinggi tempo permainannya, semakin aku dibuatnya kesetanan. Sementara Syaiful sedang asyik bertukar ludah denganku, lidahku saling jilat dengan lidahnya yang ditindik, tanganku menggenggam penisnya dan mengocoknya. Sebuah tangan meraih payudaraku dan meremasnya lembut, ternyata si Adi yang berlutut di sebelahku.


"Bersihin dong Ci, masih ada sisa tadi!" pintanya dengan menyodorkan penisnya ke mulutku saat mulut Syaiful berpindah ke leherku.



Serta merta kuraih penis itu, hhmm, masih lengket-lengket bekas persenggamaan barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya, setelah beberapa jilatan baru kumasukkan ke mulut, aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajahnya akibat teknik oralku.

Tak lama kemudian, Syaiful berkelojotan dan bergumam tak jelas, sepertinya dia akan klimaks. Melihat reaksinya kupercepat kocokanku hingga akhirnya cret.. cret.. Spermanya berhamburan mendarat di sekitar dada dan perutku, tanganku juga jadi belepotan cairan seperti susu kental itu. Saat itu aku masih menikmati sodokan Rois sambil mengulum penis Adi.

Kemudian Adi mengajak berganti posisi, aku dimintanya berposisi doggy, Rois dari belakang kembali menusuk vaginaku dan dari depanku Adi menjejalkan penisnya ke mulutku. Kulumanku membuat Adi berkelojotan sambil meremas-remas rambutku sampai ikat rambutku terlepas dan terurailah rambutku yang sebahu itu. Penis itu bergerak keluar-masuk semakin cepat karena vaginaku juga sudah basah sekali.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian muncratlah sperma Adi memenuhi mulutku, karena saat itu genjotan Rois bertambah ganas, hisapanku sedikit buyar sehingga cairan itu tumpah sebagian meleleh di pinggir bibirku. Setelah Adi melepas penisnya, aku bisa lebih fokus melayani Rois, aku ikut menggoyang pinggulku sehingga sodokannya lebih dalam.

Bunyi 'plok-plok-plok' terdengar dari hentakan selangkangan Rois dengan pantatku. Mulutku terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat, sampai beberapa menit kemudian tubuhku mengejang hebat yang menandakan orgasmeku. Kepalaku menengadah dan mataku membeliak-beliak, sungguh fantastis kenikmatan yang diberikan olehnya. Kontraksi otot-otot kemaluanku sewaktu orgasme membuatnya merasa nikmat juga karena otot-otot itu semakin menghimpit penisnya, hal ini menyebabkan goyangannya semakin liar dan mempercepat orgasmenya. Dia mendengus-dengus berkelojotan lalu tangannya menarik rambutku sambil mencabut penisnya.


"Aduh-duh, sakit.. Mau ngapain sih?" rintihku.



Dia tarik rambutku hingga aku berlutut dan disuruhnya aku membuka mulut. Di depan wajahku dia kocok penisnya yang langsung menyemburkan lahar putih. Semprotan itu membasahi wajahku sekaligus memenuhi mulutku.



"Gila, banyak amat sih, sampai basah gini gua!" kataku sambil menjilati penisnya melakukan cleaning service.



Setelah menuntaskan hasrat, Rois melepaskanku dan mundur terhuyung-huyung sampai bersandar di pintu lift dimana tubuhnya merosot turun hingga terduduk lemas. Dengan sisa-sisa tenaga aku menyeret tubuhku ke tembok lift agar bisa duduk bersandar. Suasana di dalam lift jadi panas dan pengap setelah terjadi pergulatan seru barusan. Aku mengatur kembali nafasku yang putus-putus sambil menjilati sperma yang masih belepotan di sekitar mulut, aku bisa merasakan lendir hangat yang masih mengalir di selangkanganku.

Adi sudah memakai kembali celananya tapi masih terduduk lemas, dia mengeluarkan sebotol aqua dari tas lusuhnya, Syaiful sedang berjongkok sambil menghisap rokok, dia belum memakai celananya sehingga batang kemaluannya yang mulai layu itu dapat terlihat olehku, Rois masih ngos-ngosan dan meminta Adi membagi minumannya. Setelah minum beberapa teguk, Rois menawarkan botol itu padaku yang juga langsung kuraih dan kuminum. Kuteteskan beberapa tetes air pada tissue untuk melap wajahku yang belepotan.

cewek cantik

Kami ngobrol-ngobrol ringan dan bertukar nomor HP sambil memulihkan tenaga. Aku mulai memunguti pakaianku yang tercecer. Setelah berpakaian lengkap dan mengucir kembali rambutku, kami bersiap-siap pulang. Adi menekan tombol lift dan lift kembali meluncur ke bawah. Lantai dasar sudah sepi dan gelap, jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh. Lega rasanya bisa menghirup udara segar lagi setelah keluar gedung ini, kami pun berpisah di depan gedung sipil, mereka keluar lewat gerbang samping dan aku ke tempat parkir.





Dalam perjalanan pulang, aku tersenyum-senyum sendiri sambil mendengar alunan musik dari CD-player di mobilku, masih terngiang-ngiang di kepalaku kegilaan yang baru saja terjadi di lift kampus.



Tamat

Cerita cerita dewasa
Lanjutkan cerita dewasa »